POTENSI
WISATA KOTA SEMARANG
Sejarah
Kota Semarang
Sejarah
kota Semarang dimulai pada tahun 1594. Seorang bernama Made Pandan yang
merupakan pangeran kesultanan dari demak dengan putranya yang bernama Raden
Pandan Arang membuka lahan baru yang dulunya berupa hutan di Pulau Tirang.
Lahan baru itu terletak di sebelah barat Demak yang dipergunakan untuk
mendirikan sebuah pesantren untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Di sini
merupakan daerah yang cukup subur yang ditumbuhi berbagai macam tumbuhan tidak juga
ketinggalan pohon asam (asem) yang tumbuhnya jarang-jarang atau dalam bahasa
setempat disebut “Arang” atau jarang. Karena adanya pohon asam yang jarang
itulah muncul istilah daerah Asem Arang (daerah yang ditumbuhi pohon asam yang
jarang-jarang) yang akhirnya terkenal dengan sebutan Semarang.
Sejarah
kota Semarang tidak terlepas dari peran penting Raden Pandan Arang, hal ini
karena Raden Pandan Arang merupakan pemimpin derah tersebut sekaligus menjadi
pendiri desa akhirnya mendapatkan gelar sebagai Kyai Ageng Pandan Arang I.
Raden Pandan Arang memimpin daerah tersebut sampai beliau wafat, sesudah wafat
kepemimpinannya digantikan oleh anaknya yang mempunyai gelar Pandan Arang II.
Dengan berkembangnya Semarang yang semakin tumbuh dengan pesat dan ramai. Hal
ini membuat Sultan Hadiwijaya dari Pajang tertarik dengan Semarang untuk
ditingkatkan statusnya menjadi daerah yang setingkat kabupate, sehubungan
dengan persyaratan untuk peningkatan daerah dapat dipenuhi akhirnya pada
tanggal 2 Mei 1547 atau bertepatan acara maulud Nabi Muhammad SAW, pada tanggal
12 Rabiulawal tahun 954 H Pandan Arang II diangkat sebagai Bupati Pertama oleh
Sultan Pajang . Saat itulah secara adat dan politis dikenang sebagai berdirinya
kota Semarang, ini tanggal yang penting dari sejarah kota Semarang . Dengan
dipimpin oleh Pandan Arang II Semarang semakin makmur dan sejahtera. Akan
tetapi hal ini tidak berlangsung lama. Atas nasihat dari Sunan Kalijaga Pandan
Arang II menyatakan mengundurkan diri untuk menjadi bupati, padahal waktu itu kemakmuran
dan kesejahteraan rakyatnya sangat terasa. Pandan Arang II lebih memilih untuk
menyiarkan agama Islam di dearah yang disebut Jabalkat disekitar Klaten. Di
sini beliau berhasil menyatukan daerah sekitarnya dan mempunyai gelar Sunan
Tembayat. Sunan Tembayat meninggal pada tahun 1553 yang dimakamkan di sekitar
Gunung Jabalkat.
Adapun
penerus Sunan Tembayat yang berperan dalam sejarah kota semarang adalah sebagai
berikut :
·
Raden Ketib, Pangeran Kanoman atau
Pandan Arang (1553-1586)
·
R.Tumenggung Tambi (1657-1659),
·
Mas Tumenggung Wongsorejo (1659-1666),
·
Mas Tumenggung Prawiroprojo (1666-1670),
·
Mas Tumenggung Alap-alap (1670-1674),
· Kyai Mertonoyo, Kyai Tumenggung.
Yudonegoro atau Kyai Adipati Suromenggolo (1674 -1701),
·
Maotoyudo atau Raden Summmgrat (1743-
1751),
·
Marmowijoyo atau Sumowijoyo atau
Sumonegoro atau Surohadmienggolo (1751-1773),
·
Surohadimenggolo IV (1773- ).
·
Adipati Surohadimenggolo V atau kanjeng
Terboyo (-).
·
Raden Tumenggung Surohadiningrat (
-1841).
·
Putro Surohadimenggolo (1841-1855).
·
Mas Ngabehi Reksonegoro (1855- 1860).
·
RTP Suryokusurno (1860-1887).
·
RTP Reksodirjo (1887-1891).
·
RMTA Purbaningrat (1891- ).
·
Raden Cokrodipuro ( -1927).
·
RM Soebiyono (1897-1927).
·
RM Amin Suyitno (1927-1942).
·
RMAA Sukarman Mertohadinegoro
(1942-1945).
·
R. Soediyono Taruna Kusumo (1945-1945).
· M. Soemardjito Priyohadisubroto (tahun
1946, 1949 – 1952 yaitu masa Pemerintahan Republik Indonesia) pada waktu
Pemerintahan RIS yaitu pemerintahann federal diangkat Bupati RM.Condronegoro
hingga tahun 1949. Sesudah pengakuan kedaulatan dari Belanda, jabatan Bupati
diserah terimakan kepada M. Sumardjito.
· R. Oetoyo Koesoemo (1952-1956). Ketika
Semarang menjadi kota praja sehingga kedudukan Bupati tidak lagi mengurusi kota
tetapi mengurusi kawasan luar kota Semarang. Semarang sebagai ibu kota Jawa
Tengah, memiliki sejarah yang cukup panjang. Dengan permulaan daerah dengan
lumpur,yang kemudian berkembang menjadi daerah yang maju dan menjelma menjadi
kota yang penting.
Seni
dan Budaya Kota Semarang
Banyak
seni dan budaya kota Semarang yang sangat terkenal salah satunya adalah Batik
Semarangan yang pernah mengalami masa jaya disekitar abad ke-18 hingga
pertengahan abad ke-19. Waktu itu Batik Semarangan dipakai semua kalangan, dari
bangsawan hingga rakyat jelata. Akan tetapi masa kejayaan ini memudar ketika
kejadian meletusnya Gunung Ungaran pada akhir abad ke- 19. Sejak saat itu Batik
Semarangan jarang diketemukan lagi. Adapun Seni dan Budaya Kota Semarang antara
lain sebagai berikut :
1 Batik Semarangan
Motif
dari batik semarangan mulai diungkap lagi ditahun 1980-an. Salah satu contoh
motifnya adalah sarung kepala pasung yang didominasi warna cokelat dan hitam
dengan ornament yang lebih mengarah
bentuk tumbuhan. Dominasi warna gelap terutama cokelat menampilkan kesan yang
agung. Batik semarangan sangat mengacu pada unsur alam. Unsur alam ini sangat
ditekankan ketika memberikan warna pada kain batik yang akan dibuat. Misalnya untuk menghasilkan warna kuning dan
hijau menggunakan buah jelawe. Supaya Batik Semarangan kembali berjaya, Dewan
Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Semarang bekerja sama dengan
Pemerintah Kota Semarang menyiapkan
tempat berkumpulkan pengrajin Batik yaitu Kampung Batik yang terletak di
Kelurahan Mlatibaru, Kecamatan Semarang Timur.
2 Dugderan
Pelaksanaan
acara Dugderan berkaitan erat dengan peringatan dimulainya bulan Puasa yang
merupakan bulan yang sangat dinanti oleh umat Muslim. Sejarah dimulainya
tradisi dugderan bermula dari seringnya
perbedaan pendapat dalam menentukan awal dimulainya bulan Puasa. Ketika
tahun 1881 Pemerintah Kanjeng Bupari RMTA Purbaningrat. Memberanikan diri untuk
menentukan awal puasa, yaitu dengan membunyikan Bedug Masjid Agung dan meriam
di halaman kabupaten masing-masing sebanyak tiga kali. Acara Dugderan semakin
lama semakin menarik perhatian masyarakat kota Semarang dan sekitarnya,
sehingga menarik minat para pedagang dari berbagai berbagai daerah untuk
menjual bermacam-macam makanan ataupun minuman dan tidak ketinggalan mainan
anak-anak seperti yang terbuat dari tanah liat atau orang sering menyebutnya
gerabah, mainan dari bambu semisal seruling atau gangsingan, serta mainan yang
terbuat dari kertas berupa hewan berkaki empat dengan kepala mirip naga. Mainan
ini dikenal dengan nama warak ngendog. Pada perkembangan selanjutnya, warak
ngendog menjadi ikon saat diadakan dugderan.
3 Semarang Night Carnival (SNC)
Acara
perayaan Semarang Night Carnival dimulai pada tahun 2011 merupakan salah satu
agenda perayaan HUT Kota Semarang yang saat ini sudah dijadikan agenda tahunan.
Semarang Night Carnival biasanya diikuti hingga 1.500 peserta yang
masing-masing mengenakan kostum beraneka macam seperti flora, fauna, tradisi,
hingga corak Jawa, Cina, Arab, dan Belanda. Hal itu sesuai dengan karakter Kota
Semarang sebagai kota pesisir yang banyak berakulturasi dengan budaya luar. Di
antara rombongan ada Warak Ngendok dan replika Kapal Cheng Ho, Tari Gambang
Semarang, marching band juga rombongan alat musik perkusi dan rebana. Parade
seni dan budaya yang gemerlap itu ditutup dengan kemeriahan pesta kembang api.
Kuliner
Semarang
Jalan-jalan
ke suatu kota tidak lengkap tanpa mencicipi makanan asli daerah tersebut.
Berikut adalah kuliner Semarang yang patut dicoba atau untuk oleh-oleh sepulang
dari kota Semarang :
1.
Lumpia
Makanan ini merupakan
kuliner Semarang favorit kota semarang baik untuk dikonsumsi sendiri atau untuk
oleh-oleh.Terbuat dari rebung yang dibungkus dengan lembaran tepung, bisa
disajikan dengan digoreng terlebih dahulu atau tanpa digoreng.
2.
Ganjel
Ril
Roti yang berwarna
coklat dan dilapisi wijen dibagian atasnya mempunyai rasa yang manis. Merupakan
kuliner Semarang yang sangat popular dimasa lalu dinamakan ganjel Ril karena
bentuknya yang besar dan bantat, menyerupai kayu pengganjal rel kereta api.
3.
Tahu
Pong
Tahu pong adalah
sejenis jenis tahu yang bagian luarnya digoreng kering dan bagian dalamnya
berongga (kopong). Kuliner Semarang yang satu ini sangat enak dimakan pada saat
panas ini dapat diperoleh di sekitar Jalan Gajah Mada dan Jalan Depok.
4.
Wingko
Babat
Meskipun makanan kecil
ini sebenarnya bukan asli dari Kota Semarang, melainkan dari Kota Babat, Jawa
Timur. Akan tetapi dikarenakan di Kota Semarang ini banyak dijumpai pembuat
maupun penjual wingko babat, belakangan membuat makanan ini menjadi salah satu
oleh-oleh khas Semarang. Wingko babat terbuat dari bahan kelapa dan beras
ketan.
5.
Wedang
Tahu
Wedang tahu merupakan
sejenis minuman yang terbuat dari rebusan jahe. Dihidangkan bersama tahu,
bertekstur sangat halus dan diberi campuran saus gula untuk menambah cita rasa.
Minuman ini dijual kelilingan oleh sejumlah pedagang. Pedagang wedang tahu
biasanya berkeliling di kawasan Pecinan, Jalan Karimata, Jalan Depok, dan Jalan
Tanjung.
6.
Bandeng
Presto
Bandeng Presto
merupakan ikan bandeng yang dimasak dengan panci bertekanan tinggi biasanya
disebut presto. Cara ini dilakukan untuk membuat duri ikan bandeng menjadi
lunak sehingga enak untuk dimakan.
Sumber
:http://seputarkotasemarang.com/